Senin, 09 Januari 2012

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Tulisan yang terbatas ini hanya memuat beberapa pembahasan mengenai aspek-aspek kejiwaan dalam pribadi seseorang yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari atau dalam latihan-latihan, karena latihan yang kita laksanakan berhubungan dengan manusia sebagai objek dengan membawa berbagai karakter, tipe kepribadian dan temperamen.

 

A.     Perasaan

Kerap kali kita melihat orang tampak gembira atau sedih. Gembira atau sedih ini adalah pernyataan-pernyataan perasaan. Perasaan itu menyatakan sesuatu tentang keadaan jiwa pada suatu saat. Ada rasa “suka dan tidak suka”. Rasa suka adalah rasa yang menyenangkan : enak, ketenangan, keindahan, lezat, kebahagiaan dan sebagainya.  Rasa tidak suka adalah rasa yang tidak enak, tidak menyenangkan, dukacita, takut, khawatir, gelisah, kesedihan, kacau dan sebagainya. Perasaan itu selalu bersifat perseorangan, selalu bersama-sama dengan gejala-gejala jiwa lainnya, seperti teringat sesuatu, frustasi, kecewa, bahagia dan lain lain. Perasaan biasanya menyatakan diri dengan tingkah laku dan dapat diselidiki dengan jalan ekstrospeksi dan introspeksi. Perasaan ada yang bersifat biologis dan rohaniyah. Perasaan biologis meliputi perasaan yang berhubungan dengan fungsi hidup jasmaniah (lapar, haus, letih, lesu dan lain-lain). Perasaan rohaniyah meliputi ; perasaan intelek yang menyertai pekerjaan intelektual, perasaan estetis yang berhubungan dengan keindahan (termasuk hal-hal yang lucu), perasan etis yang berhubungan dengan perbuatan baik dan buruk, perasaan keagamaan yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa dimana kita ingat kepada Tuhan, perasan diri yang menyertai gambaran kita sendiri (positif dan negatif ; kompleks inferior/superior), perasaan sosial dalam hubungan kita dengan orang lain.

B.     Prasangka

Prasangka adalah predisposisi untuk memberikan penilaian yang diskriminatif terhadap pribadi atau kelompok tertentu. Menurut analisis transaksional, hal ini terjadi karena cara hidup yang kita peroleh dari pengalaman sejak kecil atau masa lalu menjadikan kita tidak dapat melihat keadaan sebenarnya dengan jelas. Kita mempunyai harapan-harapan tertentu tentang orang lain –seringkali harapan yang bersifat negatif--, karena perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, agama atau perbedaan kelompok. Harapan-harapan demikian seringkali tidak diajarkan terus terang pada kita, tetapi diangkat dari pengamatan kita terhadap prasangka mereka yang berpengaruh pada masa kecil kita. Ketika saya melakukan/memimpin sebuah pelatihan (Up-grading), seorang peserta wanita meminta waktu untuk berbicara dengan saya pada hari ke 2. Ia kelihatan sangat kikuk dan mengatakan kepada saya, bahwa ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Saya memberikan dorongan dan akhirnya ia mengatakan “saya merasa sangat malu ! ketika pertama kali anda masuk ruangan untuk memberikan materi, saya agak jengkel”. “Bayangkan, ketika saya memutuskan untuk ikut acara ini, saya akan dipimpin oleh seorang yang pemarah”, “akan tetapi saya merasa tertipu oleh prasangka saya, dan kini harus saya katakan kepada anda, bahwa anda adalah orang yang ramah dan suka humor dan materi yang anda berikan sangat berguna bagi saya”, “saya sangat malu karena waktu itu langsung mengira bahwa saya akan “ketakutan” dan tidak akan mendapatkan materi yang berguna, karena anda terlihat seperti seorang yang galak”.
Peserta wanita tersebut telah mempunyai prasangka yang bukan-bukan, tapi ia tidak bersikeras dengan prasangkanya, sehingga ia masih dapat berubah pandangan. Sayang sekali pada beberapa kasus, ada orang yang demikian kuat prasangkanya, sehingga tidak dapat mengubahnya, karena prasangka dapat mendistorsi persepsi kita tentang realita, maka prasangka merupakan hambatan yang besar dalam komunikasikita dengan orang lain. Menyadari prasangka kita sendiri biasanya sulit, karena kita selalu yakin akan kebenaran prasangka itu.  Adakalanya prasangka mampu membuat seseorang yang kurang percaya diri merasa lebih baik. Prasangka dapat membuat orang memandang rendah orang lain. Sesungguhnya hal demikian justru mempersulit upaya mengenali dan menghilangkan prasangka. Orang yang sangat dikuasai prasangka biasanya selalu merasa tidak aman dan bersifat kaku.
Mereka selalu mencoba mengatasi keraguan dan ketakutan mereka dengan merendahkan orang lain, melemparkan kesalahan pada orang lain, dan menganut faham yang dogmatis. Menyadari sifatnya tersebut, membuat kita tidak mudah marah terhadapnya. Orang yang demikian tidak akan menjadi baik bila dihadapi dengan sikap yang keras dan menuntut ; sebaiknya, mereka membutuhkan rasa aman dan tenang, sebelum mampu menghilangkan sikapnya yang kurang baik.

C.     Delusi

Delusi merupakan keyakinan semu yang sesungguhnya tidak benar, dan tidak dapat dikoreksi dengan pikiran sehat. Terdapat perbedaan antara delusi dengan kekeliruan yang adakalanya kita lakukan dalam menanggapi fakta-fakta, karena delusi ditimbulkan oleh berbagai perasaan negatif. Timbul delusi bila perasaan yang kuat mewarnai persepsi kita tentang dunia, diri kita atau orang lain. Mungkin kita masih ingat bagaimana seseorang merasa bahwa orang-orang menilai dirinya secara negatif. Delusi menyudutkan kita untuk melakukan tindakan yang mengacaukan situasi. Kita bertindak berdasarkan persepsi salah yang membuat kita membayangkan respons negatif dari orang lain, karena itu mungkin sekali kita justru mendapat reaksi seperti yang dibayangkan sehingga menguatkan rasa takut kita.

D.    Atribusi

Kita semua mencoba memahami pengalaman-pengalaman kita, kemudian berupaya agar pengalaman-pengalaman tersebut bermakna, dan menafsirkannya. Atribusi, beberapa alasan yang kita gunakan untuk menerangkan pengalaman-pengalaman kita biasanya mengacu pada beberapa ciri khusus seseorang (dari kita sendiri dan orang lain) atau pada keadaan sekitarnya. Atribusi yang kita miliki membantu pembentukan khayalan kita yang terarah.
Tina mempunyai berat badan yang berlebihan. Ia takut orang tidak menyukainya, oleh karena itu ia menghindari pertemuan-pertemuan di masyarakat. Ia mengkambinghitamkan kegemukannya sebagai penyebab kesulitan-kesulitannya. Bila ia tidak mengurangi berat badannya, ia akan terus saja berkeyakinan bahwa semua masalah yang diambilnya dapat teratasi bila berat badannya turun.

E.     Disonansi Kognitif

Adakalanya pemahaman kita terganggu, sehingga menyulitkan kita. Kita juga merasakan disonansi kognitif bila sikap dan tingkah laku kita tidak serasi. Disonansi kognitif terjadi bila kehidupan psikologis kita tidak harmonis.
Eman adalah seorang perokok berat, ketika bermunculan himbauan-himbauan tentang bahaya merokok bagi kesehatan, ia selalu mengatakan akan berhenti merokok. Tetapi kenyataannya tidak, dan ia tidak lagi berbicara tentang rencana menghentikan kebiasaan tersebut. Tampaknya ia tetap menikmati kebiasaan merokoknya. Suatu saat bila ia didesak tentang hal itu, iapun mengatakan bahwa ia sesungguhnya tahu dan harus berhenti merokok, tapi hidupnya kini sangat tertekan, sehingga ia tidakdapat berhenti merokok sekarang ini. Ini menunjukkan bagaimana terjadinya disonansi kognitif. Keadaan tersebut bagi kita sesungguhnya tidak enak. Bila terjadi disonansi, ada sesuatu yang harus dilepas, atau ada ketidaksesuaian antara suatu keyakinan dengan keyakinan-keyakinan atau sikap yang penting. Bersikeras mempertahankan kedua-duanya, akan terasa sangat menyiksa. Pikiran Eman yang pertama adalah berhenti merokok, tetapi ia tidak sanggup melakukannya. Kemudian ia mengabaikan peringatan tentang kesehatan (menganggap bahwa peringatan tersebut bukan ditujukan kepadanya) dan ia dapat terus merokok dengan santai. Ketika ia diberitahu untuk memperhatikan peringatan-peringatan ini, ia meyakinkan dirinya bahwa nanti ia akan berhenti merokok, ia menggunakan beberapa cara disonansi kognitif untuk mengatakan hal itu.
Dua cara lain untuk menghadapi disonansi adalah dengan reaksi “anggur yang masam” dan “Jeruk yang manis”. Kita mencoba meyakinkan diri bahwa sebenarnya kita tidak menginginkan apa yang tidak dapat kita peroleh, atau bahwa kita menyenangi sesuatu yang tidak kita kehendaki tetapi kita tidak dapat melepaskannya. Kita juga dapat mengatasinya dengan mengusahakan persesuaian pendapat tentang keyakinan tertentu yang penting untuk memperkuat keyakinan kita yang kurang kokoh.

F.      Gaya Interpersonal

Gaya interpersonal berkaitan dengan cara kita memperlakukan orang lain dan perlakuan orang lain terhadap diri kita sesuai dengan yang kita harapkan. Orang dewasa seperti halnya anak-anak, berbeda caranya berkomunikasi dengan orang lain. Ada orang yang hanya sedikit memberikan andil bagi orang lain, tetapi banyak sekali yang mengharapkan dari andil orang lain. Ada orang yang memanfaatkan kemarahan yang meluap-luap untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau membisu atau menarik diri bila keadaan dirasakannya tidak menyenangkan. Ada pula yang mencoba mempermainkan atau “memanfaatkan” orang lain dan adapula yang sangat menghargai orang lain dan memperlakukannya sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Seperti halnya gaya moral, kita mengikuti suatu cara tertentu dalam menuju kematangan hubungan pergaulan.


G.    Tahap Impulsif

Tina mempertimbangkan masalah-masalah moral hanya pada saat-saat ia menemui kesulitan. Tampaknya ia tidak mengerti bahwa orang membutuhkan peraturan-peraturan mengenai perilaku dalam kehidupan  bersama. Baginya, suatu perbuatan yang tercela hanyalah perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, Tina hidup menurut impulsnya ; adakalanya ia mabuk-mabukan dan termasuk orang yang “bermurah hati” dalam kehidupan seksual.
Bila mengalami frustasi atau marah, Tina suka mengamuk. Ia memandang orang lain sebagai sumber masukan, dan menilai diri mereka dari seberapa banyak bantuan orang tersebut kepadanya. Dalam pandangannya yang terpusat pada diri sendiri itu, ia mengabaikan perasaan dan keinginan orang lain. Bila masalah interpersonal menjadi terlalu sulit, ia akan dengan serta merta melarikan diri dari keadaan, tidak berusaha memperbaiki dan mencarikan solusi dari permasalahan yang muncul tapi bahkan mengakhiri suatu hubungan interpersonal.
Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
..................................................................................................................................................................

MENGUASAI DAN MENYERAH PADA SITUASI


Menguasai Situasi

Wini merasa dirinya tidak aman bila tidak dapat menguasai situasi. Ia ingin berkuasa bila ada kesempatan dan akan bertindak dengan keras. Orang lain harus memperhatikan apa yang dikehendakinya, bila ia menginginkan demikian. Setiap masalah mempunyai arti yang sangat penting baginya. Ia menjadi tak sabar bila orang lain tidak mau “bekerja sama” dengannya. Ia akan memakai berbagai taktik seperti mengejek, marah, bersikeras dan sebagainya, agar orang mau berpihak kepadanya. Pada hakikatnya Wini memaksa orang lain agar setuju dengannya, karena ia tidak mengetahui cara orang lain untuk berkomunikasi dengan mereka.
Cara terbaik untuk menghadapi Wini adalah menunjukkan kepadanya bahwa dua orang dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga lebih banyak dari pada satu orang. Kita hindari perselisihan terbuka dengannya. Jangan sampai membuatnya terdesak atau kehilangan muka, bila bersikeras untuk memaksa, tanggapi dengan pasif sehingga ia menjadi jemu sendiri. Dengan cara yang tidak menyolok, catatlah hal-hal baik yang diusulkannya, demikian pula titik-titik kelemahan usulnya, sehingga kita terpaksa menolaknya. Jangan memberikan alasan yang panjang lebar kepadanya. Kita katakan bahwa kita telah memahaminya dan iapun boleh bertanya apa saja untuk membuktikan bahwa kita telah memahaminya. Kuncinya adalah bersikap tenang, tetap pada pendirian dan bersikap mendukung walaupun kita menolaknya.

Menyerah pada Situasi

Mimi selalu setuju dengan usul apapun, karena merasa takut ditolak ia akan mengatakan apa yang diduga ingin di dengar orang lain. Ia tidak berani mengungkapkan pendapat yang berlawanan, karena takut terjadi konflik. Sayang sekali, ia tidak dapat menguasai lidahnya. Ia mudah berjanji, menyetujui banyak usul dan memaksakan dirinya untukmelakukan hal-hal yang tidak dapat dijaminnya. Adakalanya ia meraka kurang enak dengan sekian banyak janji yang telah dibuatnya.
Mimi perlu dorongan agar bersikap lebih jujur. Sebaliknya kita tidak mudah menerima perkataan “ya” darinya. Diusahakan agar ia menjelaskan gagasannya, terutama gagasan yang berbeda dari pendapat orang lain, minta kepadanya agar ia memberikan penilaian atas usul-usul yang sedang diajukan, jangan membiarkannya tidak memberikan tanggapan. Kemudian kemukakan rasa kagum terhadap sikap keterbukaan dan masukkannya yang baik. Bila ia membuat suatu komitmen, sepakati suatu jadwal waktu dan perincian tentang apa yang telah disepakati, hargai pikiran dan tindakannya yang mandiri dan usahakan agar komitmen tersebut tetap dilaksanakannya dan jangan merasa terikat dengan sikapnya yang ramah tamah.
...................................................................................................................................................................

PRAKTIS DAN ROMANTIS


Praktis

Utami merasa bangga akan dirinya karena bersifat praktis. Ia perlu mengetahui hasil dan imbalan dari suatu tindakan, sebelum berjanji akan melakukannya ia akan mengandalkan impuls yang timbul dan mempertimbangkan segala sesuatunya berulang kali. Secara sadar ia mengesampingkan perasaannya, karena ia selalu menganalisis situasi untuk memperkirakan hasilnya. Utami tidak memperoleh kepuasan karena keterlibatan emosional semata-mata dan ia menilai hubungan antar sesama hanya dalam ukuran hasil yang dicapai. Yang utama baginya ia menghindari dirinya disakiti atau dikecewakan.
Agak sukar berhadapan dengan Utami, karena ia tidak mudah dipercaya. Harus kita sadari bahwa ia sangat peka dan kita mesti bersikap benar-benar dapat dipercaya terhadapnya. Mengubah rencana yang telah kita kemukakan atau membatalkan suatu komitmen membuatnya semakin tegas melindungi dirinya terhadap ketidaktegasan orang lain.

Romantis

Karlina juga terus-menerus dikecewakan orang, akan tetapi ia mudah sekali tertarik pada orang lain dan menganggap semua hal yang baru dan menarik sebagai “penemuan” yang paling hebat dalam hidupnya. Ia sangat dipengaruhi oleh perasaannya sendiri, sehingga hanya melihat hal-hal yang baik pada diri orang lain. Dan ia tidak mau mengakui adanya ketegangan dalam hubungan dengan orang lain. Karlina seorang yang sabar, ramah dan tidak pernah mengingkari janjinya. Walaupun diperlakukan kurang baik ia tetap siap sedia untuk menghadapi perlakuan selanjutnya.
Karlina juga terkadang sulit dimengerti perilakunya, bila tertarik pada kita, jangan biarkan ia menderita untuk kita, jangan manfaatkan kesediannya. Bila kita merasa segan karena tidak tertarik kepadanya seperti ia tertarik pada kita, sebaiknya katakan hal itu padanya, agar ia mengetahui perasaan kita dan bahwa kita merasa perlu mendiskusikan batas-batas hubungan kita dengannya.
......................................................................................................................................................................................................

SUKA MENYERANG DAN MENUTUP DIRI


Suka Menyerang

Dian sering melampiaskan kemarahannya terhadap orang lain, bila dengan bersungut-sungut orang lain tidakmerasa diserang, maka ia akan mengusahakan taktik lain. Kata-katanya yang tajam sering menyakitkan dan membuat orang bingung. Adakalanya serangan langsung yang dilontarkannya mencapai sasaran tertentu dan adakalanya pula tampaknya ia ingin menyerang setiap orang. Jarang sekali ia membicarakan kebaikan orang lain, ia sangat peka terhadap kekurangan orang lain dan membicarakannya kepada siapa saja yang mau mendengarkannya, ia selalu mengajak orang bertengkar dan tampaknya sering marah-marah sehingga tidak memberi kesempatan untuk hal lain, orang biasanya merasa tidak tentram bila bersamanya.
Bila Dian ingin mengintimidadi kita, kita jangan menjadi orang yang mudah dipengaruhinya, ia harus dihadapi dengan ketenangan, penuh sopan santun, keberanian dan ketegasan. Kita tunjukkan rasa simpati terhadap perasaan-perasaannya yang kurang menyenangkan, tanpa menyalahkan diri kita atau orang lain, tanggapi keluhan-keluhannya, kemudian desak agar ia mau mendiskusikan penyelesaiannya, tidak perlu mendengarkan keluhan tentang perilaku orang lain, sebaiknya kita hanya mendengarkan keluhannya tentang masalah tertentu.
Bila Dian menetang pendapat kita, tidak perlu membalasnya, tetapi katakan secara pribadi bahwa kita tidak menyenangi perilakunya tersebut. Adakalanya kita dapat mengatakan kepada orang seperti Dian : “kata-kata anda tampaknya menyakiti hati saya”.

Suka Menutupi Diri

               Sebaliknya Arlin suka menutup diri, menyimpan perasaannya sendiri dan tidak mau mengungkapkan pikirannya kepada orang lain. Orang tidak dapat memahaminya ; karena batas-batas pertahannya sukar ditembus. Adakalanya ia tampak malu-malu dan segan mendekati orang dan adakalanya ia membisu karena marah.
Ia tidak mau membicarakan apa saja, tidak mau melibatkan diri dan seringkali sampai menjengkelkan orang lain, ia jarang sekali meminta sesuatu dan tampaknya hampir selalu diam tidak responsif.
Adakalanya orang seperti Arlin memerlukan dorongan untuk berbicara, teristimewa bila perasaan segan terhadap lingkungannya sangat tinggi. Kita usahakan untuk menampilkan kehadirannya dengan menanyakan pendapat dan pandangannya, kita tunggu dengan sabar suaru dan pendapatnya, pancinglah dengan persoalan-persoalan sederhana sampai menengah.
Adakalanya orang seperti Arlin bukan takut untuk bicara, tapi sebagai taktik, dia dapat membungkam dalam suatu kelompok sampai kelompok tersebut menaruh perhatian terhadapnya, bila demikian halnya kita usahakan agar kelompok tersebut tidak memberikan perhatian kepadanya.
....................................................................................................................................................................

PERASA DAN SIKAP ACUH


Perasa

Rudi sangat peka menghadapi kesulitannya sendiri dan orang lain. Ia cepat terbawa perasaan negatif, selalu merasa cemas dan sangat mudah terpengaruh oleh rasa bersalah dan malu. Adakalanya ia merasa seakan-akan beban seisi dunia menimpanya dan menganggap dirinya bertanggung jawab untuk memperbaiki hal-hal yang menurut pendapatnya salah.
Sebaiknya kita mengabaikan kesedihannya bila berada dalam kelompok, jika kita menanggapi perilaku demikian dengan penuh perhatian, ia akan terus bersikap demikian, kita berikan tanggapan positif, hanya bila berdua dengannya.

Sikap Acuh

Sebaliknya Farida mengesampingkan semua perasaan yang kurang baik (bersalah), tidak mau memberikan kesempatan kepada dirinya sendiri untuk merasa sedih atau sakit dan selalu memandang persoalan dari sisi yang positif, ia dapat mengobrol tanpa henti-hentinya dan berprilaku dramatis dan penuh semangat. Farida tidak dapat memandang wajah yang muram dan menekankan agar setiap orang selalu gembira. Ia tidak bersedia memberikan perhatian pada hal-hal berat, menutup dirinya terhadap persoalan dan tidak mau mengatasi persoalan tersebut, biasanya orang menyukai Farida karena ia pandai menyemarakkan suasana.


...................................................................................................................................................................

SUKA MENGURUS DAN TERGANTUNG


Suka Mengurus

Butet selalu mengurus sesuatu untuk orang lain, ia melihat banyak orang di sekitarnya sebagai tidak berdaya dan memerlukan perhatian dan bantuannya, ia menggunakan siasat pemberian santunan dan bantuan untuk menarik orang ke pihaknya, ia berusaha menjadikan dirinya demikian diperlukan dan menentukan, sehingga orang tidak dapat membayangkanbagaimana keadaan mereka tanpa kehadiran Butet. Dengan senang hati ia membantu orang lain, melindungi mereka serta mengarahkan hidup mereka, akan tetapi tidak semua kebaikannya itu cuma-cuma dan tanpa pamrih, yang jelas ia akan berusaha agar orang lain sangat tergantung kepadanya.
Pada hakekatnya orang akan sangat mudah memanfaatkan perilaku Butet, keinginannya untuk mengurus orang lain menjadikannya cendrung memenuhi hampir semua permintaan, akan tetapi kita perlu sangat berhati-hati dengannya, karena bila tidak demikian ia dapat merasa seakan-akan memiliki kita. Kita harus berusaha agar ada hubungan timbal balik dalam pergaulan dengannya, misalnya bila ia mentraktir kita pada kesempatan yang lalu, hendaknya kali ini kita yang mentraktirnya, segala budi baiknya hendaklah dibalas dengan seksama. Dalam kelompok sebaiknya kita tidak membiarkan ia bekerja keras sendiri, sekali-kali kita berikan kepadanya kejutan atau jasa baik yang tidak diharapakannya.

Suka Tergantung

Sebaliknya Tari adalah seorang yang selalu tergantung pada orang lain, bila menghadapi masalah ia langsung bertanya : “siapa yang dapat menolong saya untuk menyelesaikan masalah ini ?” , ia sangat berbakat untuk mengajak orang lain membantunya dengan bersikap seolah-olah ia tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain dan serba kekurangan. Adakalanya ia menonjolkan kekurangannya sendiri untuk meyakinkan orang lain tentang kebutuhannya itu. Tari tidak memiliki kepribadian yang teguh dan merasa bahwa hidupnya akan kacau balau, bila tidak ada orang lain yang dapat dijadikannya pegangan. Saat ia menemui kesulitan untuk menemukan seseorang yang dapat bersamanya, maka ia akan mengeluh tentang kesepiannya, kesedihannya.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar