A.
Perasaan
Kerap kali kita melihat orang tampak gembira atau sedih.
Gembira atau sedih ini adalah pernyataan-pernyataan perasaan. Perasaan itu
menyatakan sesuatu tentang keadaan jiwa pada suatu saat. Ada rasa “suka dan
tidak suka”. Rasa suka adalah rasa yang
menyenangkan : enak, ketenangan, keindahan, lezat, kebahagiaan dan
sebagainya. Rasa tidak suka adalah rasa yang tidak enak, tidak
menyenangkan, dukacita, takut, khawatir, gelisah, kesedihan, kacau dan
sebagainya. Perasaan itu selalu bersifat
perseorangan, selalu bersama-sama dengan gejala-gejala jiwa lainnya, seperti
teringat sesuatu, frustasi, kecewa, bahagia dan lain lain. Perasaan biasanya
menyatakan diri dengan tingkah laku dan dapat diselidiki dengan jalan
ekstrospeksi dan introspeksi. Perasaan ada yang bersifat biologis dan
rohaniyah. Perasaan biologis meliputi perasaan yang berhubungan dengan fungsi
hidup jasmaniah (lapar, haus, letih, lesu dan lain-lain). Perasaan rohaniyah meliputi ;
perasaan intelek yang menyertai pekerjaan intelektual, perasaan estetis yang
berhubungan dengan keindahan (termasuk hal-hal yang lucu), perasan etis yang
berhubungan dengan perbuatan baik dan buruk, perasaan keagamaan yang berhubungan
dengan peristiwa-peristiwa dimana kita ingat kepada Tuhan, perasan diri yang
menyertai gambaran kita sendiri (positif dan negatif ; kompleks
inferior/superior), perasaan sosial dalam hubungan kita dengan orang lain.
B.
Prasangka
Prasangka adalah predisposisi untuk memberikan penilaian
yang diskriminatif terhadap pribadi atau kelompok tertentu. Menurut analisis
transaksional, hal ini terjadi karena cara hidup yang kita peroleh dari
pengalaman sejak kecil atau masa lalu menjadikan kita tidak dapat melihat
keadaan sebenarnya dengan jelas. Kita
mempunyai harapan-harapan tertentu tentang orang lain –seringkali harapan yang
bersifat negatif--, karena perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, agama atau
perbedaan kelompok. Harapan-harapan demikian seringkali tidak diajarkan terus
terang pada kita, tetapi diangkat dari pengamatan kita terhadap prasangka
mereka yang berpengaruh pada masa kecil kita. Ketika saya melakukan/memimpin sebuah pelatihan
(Up-grading), seorang peserta wanita meminta waktu untuk berbicara dengan saya
pada hari ke 2. Ia kelihatan sangat kikuk dan mengatakan kepada saya, bahwa ia
tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Saya memberikan dorongan dan akhirnya
ia mengatakan “saya merasa sangat malu ! ketika pertama kali anda masuk ruangan
untuk memberikan materi, saya agak jengkel”. “Bayangkan, ketika saya memutuskan
untuk ikut acara ini, saya akan dipimpin oleh seorang yang pemarah”, “akan
tetapi saya merasa tertipu oleh prasangka saya, dan kini harus saya katakan
kepada anda, bahwa anda adalah orang yang ramah dan suka humor dan materi yang
anda berikan sangat berguna bagi saya”, “saya sangat malu karena waktu itu
langsung mengira bahwa saya akan “ketakutan” dan tidak akan mendapatkan materi
yang berguna, karena anda terlihat seperti seorang yang galak”.
Peserta wanita tersebut telah mempunyai prasangka yang
bukan-bukan, tapi ia tidak bersikeras dengan prasangkanya, sehingga ia masih
dapat berubah pandangan. Sayang sekali pada beberapa kasus, ada orang yang
demikian kuat prasangkanya, sehingga tidak dapat mengubahnya, karena prasangka
dapat mendistorsi persepsi kita tentang realita, maka prasangka merupakan
hambatan yang besar dalam komunikasikita dengan orang lain. Menyadari prasangka
kita sendiri biasanya sulit, karena kita selalu yakin akan kebenaran prasangka
itu. Adakalanya
prasangka mampu membuat seseorang yang kurang percaya diri merasa lebih baik.
Prasangka dapat membuat orang memandang rendah orang lain. Sesungguhnya hal
demikian justru mempersulit upaya mengenali dan menghilangkan prasangka. Orang
yang sangat dikuasai prasangka biasanya selalu merasa tidak aman dan bersifat
kaku.
Mereka selalu mencoba mengatasi keraguan dan ketakutan
mereka dengan merendahkan orang lain, melemparkan kesalahan pada orang lain,
dan menganut faham yang dogmatis. Menyadari sifatnya tersebut, membuat kita
tidak mudah marah terhadapnya. Orang yang demikian tidak akan menjadi baik bila
dihadapi dengan sikap yang keras dan menuntut ; sebaiknya, mereka membutuhkan
rasa aman dan tenang, sebelum mampu menghilangkan sikapnya yang kurang baik.
C.
Delusi
Delusi merupakan keyakinan semu yang sesungguhnya tidak
benar, dan tidak dapat dikoreksi dengan pikiran sehat. Terdapat perbedaan
antara delusi dengan kekeliruan yang adakalanya kita lakukan dalam menanggapi
fakta-fakta, karena delusi ditimbulkan oleh berbagai perasaan negatif. Timbul
delusi bila perasaan yang kuat mewarnai persepsi kita tentang dunia, diri kita
atau orang lain. Mungkin kita masih ingat bagaimana seseorang merasa bahwa
orang-orang menilai dirinya secara negatif. Delusi menyudutkan kita untuk melakukan tindakan yang
mengacaukan situasi. Kita bertindak berdasarkan persepsi salah yang membuat
kita membayangkan respons negatif dari orang lain, karena itu mungkin sekali
kita justru mendapat reaksi seperti yang dibayangkan sehingga menguatkan rasa
takut kita.
D.
Atribusi
Kita semua mencoba memahami pengalaman-pengalaman kita,
kemudian berupaya agar pengalaman-pengalaman tersebut bermakna, dan
menafsirkannya. Atribusi, beberapa alasan yang kita gunakan untuk menerangkan
pengalaman-pengalaman kita biasanya mengacu pada beberapa ciri khusus seseorang
(dari kita sendiri dan orang lain) atau pada keadaan sekitarnya. Atribusi yang
kita miliki membantu pembentukan khayalan kita yang terarah.
Tina mempunyai berat badan yang berlebihan. Ia takut orang
tidak menyukainya, oleh karena itu ia menghindari pertemuan-pertemuan di
masyarakat. Ia mengkambinghitamkan kegemukannya sebagai penyebab
kesulitan-kesulitannya. Bila ia tidak mengurangi berat badannya, ia akan terus
saja berkeyakinan bahwa semua masalah yang diambilnya dapat teratasi bila berat
badannya turun.
E.
Disonansi Kognitif
Adakalanya pemahaman kita terganggu, sehingga menyulitkan
kita. Kita juga merasakan disonansi kognitif bila sikap dan tingkah laku kita
tidak serasi. Disonansi kognitif terjadi bila kehidupan psikologis kita tidak
harmonis.
Eman adalah seorang perokok berat, ketika bermunculan
himbauan-himbauan tentang bahaya merokok bagi kesehatan, ia selalu mengatakan
akan berhenti merokok. Tetapi kenyataannya tidak, dan ia tidak lagi berbicara
tentang rencana menghentikan kebiasaan tersebut. Tampaknya ia tetap menikmati
kebiasaan merokoknya. Suatu saat bila ia didesak tentang hal itu, iapun
mengatakan bahwa ia sesungguhnya tahu dan harus berhenti merokok, tapi hidupnya
kini sangat tertekan, sehingga ia tidakdapat berhenti merokok sekarang ini. Ini menunjukkan bagaimana terjadinya
disonansi kognitif. Keadaan tersebut bagi kita sesungguhnya tidak enak. Bila
terjadi disonansi, ada sesuatu yang harus dilepas, atau ada ketidaksesuaian
antara suatu keyakinan dengan keyakinan-keyakinan atau sikap yang penting.
Bersikeras mempertahankan kedua-duanya, akan terasa sangat menyiksa. Pikiran
Eman yang pertama adalah berhenti merokok, tetapi ia tidak sanggup
melakukannya. Kemudian ia mengabaikan peringatan tentang kesehatan (menganggap
bahwa peringatan tersebut bukan ditujukan kepadanya) dan ia dapat terus merokok
dengan santai. Ketika ia diberitahu untuk memperhatikan peringatan-peringatan
ini, ia meyakinkan dirinya bahwa nanti ia akan berhenti merokok, ia menggunakan
beberapa cara disonansi kognitif untuk mengatakan hal itu.
Dua cara lain untuk menghadapi disonansi adalah dengan
reaksi “anggur yang masam” dan “Jeruk yang manis”. Kita mencoba meyakinkan diri
bahwa sebenarnya kita tidak menginginkan apa yang tidak dapat kita peroleh,
atau bahwa kita menyenangi sesuatu yang tidak kita kehendaki tetapi kita tidak
dapat melepaskannya. Kita juga dapat mengatasinya dengan mengusahakan
persesuaian pendapat tentang keyakinan tertentu yang penting untuk memperkuat
keyakinan kita yang kurang kokoh.
F.
Gaya Interpersonal
Gaya interpersonal berkaitan dengan cara kita memperlakukan
orang lain dan perlakuan orang lain terhadap diri kita sesuai dengan yang kita
harapkan. Orang dewasa seperti halnya anak-anak, berbeda caranya berkomunikasi
dengan orang lain. Ada orang yang hanya sedikit memberikan andil bagi orang
lain, tetapi banyak sekali yang mengharapkan dari andil orang lain. Ada orang
yang memanfaatkan kemarahan yang meluap-luap untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan atau membisu atau menarik diri bila keadaan dirasakannya tidak
menyenangkan. Ada pula yang mencoba mempermainkan atau “memanfaatkan” orang
lain dan adapula yang sangat menghargai orang lain dan memperlakukannya
sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Seperti halnya gaya moral, kita
mengikuti suatu cara tertentu dalam menuju kematangan hubungan pergaulan.
G. Tahap
Impulsif
Tina mempertimbangkan masalah-masalah moral hanya pada
saat-saat ia menemui kesulitan. Tampaknya ia tidak mengerti bahwa orang
membutuhkan peraturan-peraturan mengenai perilaku dalam kehidupan
bersama. Baginya, suatu perbuatan yang tercela hanyalah perbuatan-perbuatan
yang dapat dihukum, Tina hidup menurut impulsnya ; adakalanya ia mabuk-mabukan
dan termasuk orang yang “bermurah hati” dalam kehidupan seksual.
Bila mengalami frustasi atau marah, Tina suka mengamuk. Ia
memandang orang lain sebagai sumber masukan, dan menilai diri mereka dari
seberapa banyak bantuan orang tersebut kepadanya. Dalam pandangannya yang
terpusat pada diri sendiri itu, ia mengabaikan perasaan dan keinginan orang
lain. Bila masalah interpersonal menjadi terlalu sulit, ia akan dengan serta
merta melarikan diri dari keadaan, tidak berusaha memperbaiki dan mencarikan
solusi dari permasalahan yang muncul tapi bahkan mengakhiri suatu hubungan
interpersonal.
Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
memandang tanggung jawab sebagai bebormal" Tina melewatkan sebagian besar waktunya untuk berfikir
tentang apa yang ia inginkan dan apa yang dirasa ingin dilakukannya. Bila hal
itu tidak menyenangkan, ia menjadi bosan dan berusaha mencari kesenangan. Ia
..................................................................................................................................................................
MENGUASAI DAN MENYERAH PADA SITUASI
Menguasai Situasi
Wini merasa
dirinya tidak aman bila tidak dapat menguasai situasi. Ia ingin berkuasa bila
ada kesempatan dan akan bertindak dengan keras. Orang lain harus memperhatikan
apa yang dikehendakinya, bila ia menginginkan demikian. Setiap masalah
mempunyai arti yang sangat penting baginya. Ia menjadi tak sabar bila orang
lain tidak mau “bekerja sama” dengannya. Ia akan memakai berbagai taktik
seperti mengejek, marah, bersikeras dan sebagainya, agar orang mau berpihak
kepadanya. Pada hakikatnya Wini memaksa orang lain agar setuju dengannya,
karena ia tidak mengetahui cara orang lain untuk berkomunikasi dengan mereka.
Cara terbaik
untuk menghadapi Wini adalah menunjukkan kepadanya bahwa dua orang dapat
menyumbangkan pikiran dan tenaga lebih banyak dari pada satu orang. Kita
hindari perselisihan terbuka dengannya. Jangan sampai membuatnya terdesak atau
kehilangan muka, bila bersikeras untuk memaksa, tanggapi dengan pasif sehingga
ia menjadi jemu sendiri. Dengan cara yang tidak menyolok, catatlah hal-hal baik
yang diusulkannya, demikian pula titik-titik kelemahan usulnya, sehingga kita
terpaksa menolaknya. Jangan memberikan alasan yang panjang lebar kepadanya. Kita
katakan bahwa kita telah memahaminya dan iapun boleh bertanya apa saja untuk
membuktikan bahwa kita telah memahaminya. Kuncinya adalah bersikap tenang,
tetap pada pendirian dan bersikap mendukung walaupun kita menolaknya.
Menyerah pada Situasi
Mimi selalu
setuju dengan usul apapun, karena merasa takut ditolak ia akan mengatakan apa
yang diduga ingin di dengar orang lain. Ia tidak berani mengungkapkan pendapat
yang berlawanan, karena takut terjadi konflik. Sayang sekali, ia tidak dapat
menguasai lidahnya. Ia mudah berjanji, menyetujui banyak usul dan memaksakan
dirinya untukmelakukan hal-hal yang tidak dapat dijaminnya. Adakalanya ia
meraka kurang enak dengan sekian banyak janji yang telah dibuatnya.
Mimi perlu
dorongan agar bersikap lebih jujur. Sebaliknya kita tidak mudah menerima
perkataan “ya” darinya. Diusahakan agar ia menjelaskan gagasannya, terutama
gagasan yang berbeda dari pendapat orang lain, minta kepadanya agar ia
memberikan penilaian atas usul-usul yang sedang diajukan, jangan membiarkannya
tidak memberikan tanggapan. Kemudian kemukakan rasa kagum terhadap sikap
keterbukaan dan masukkannya yang baik. Bila ia membuat suatu komitmen, sepakati
suatu jadwal waktu dan perincian tentang apa yang telah disepakati, hargai
pikiran dan tindakannya yang mandiri dan usahakan agar komitmen tersebut tetap
dilaksanakannya dan jangan merasa terikat dengan sikapnya yang ramah tamah.
...................................................................................................................................................................PRAKTIS DAN ROMANTIS
Praktis
Utami merasa
bangga akan dirinya karena bersifat praktis. Ia perlu mengetahui hasil dan
imbalan dari suatu tindakan, sebelum berjanji akan melakukannya ia akan
mengandalkan impuls yang timbul dan mempertimbangkan segala sesuatunya berulang
kali. Secara sadar ia mengesampingkan perasaannya, karena ia selalu
menganalisis situasi untuk memperkirakan hasilnya. Utami tidak memperoleh
kepuasan karena keterlibatan emosional semata-mata dan ia menilai hubungan
antar sesama hanya dalam ukuran hasil yang dicapai. Yang utama baginya ia
menghindari dirinya disakiti atau dikecewakan.
Agak sukar
berhadapan dengan Utami, karena ia tidak mudah dipercaya. Harus kita sadari
bahwa ia sangat peka dan kita mesti bersikap benar-benar dapat dipercaya
terhadapnya. Mengubah rencana yang telah kita kemukakan atau membatalkan suatu
komitmen membuatnya semakin tegas melindungi dirinya terhadap ketidaktegasan
orang lain.
Romantis
Karlina juga
terus-menerus dikecewakan orang, akan tetapi ia mudah sekali tertarik pada
orang lain dan menganggap semua hal yang baru dan menarik sebagai “penemuan”
yang paling hebat dalam hidupnya. Ia sangat dipengaruhi oleh perasaannya
sendiri, sehingga hanya melihat hal-hal yang baik pada diri orang lain. Dan ia
tidak mau mengakui adanya ketegangan dalam hubungan dengan orang lain. Karlina
seorang yang sabar, ramah dan tidak pernah mengingkari janjinya. Walaupun
diperlakukan kurang baik ia tetap siap sedia untuk menghadapi perlakuan
selanjutnya.
Karlina juga
terkadang sulit dimengerti perilakunya, bila tertarik pada kita, jangan biarkan
ia menderita untuk kita, jangan manfaatkan kesediannya. Bila kita merasa segan
karena tidak tertarik kepadanya seperti ia tertarik pada kita, sebaiknya
katakan hal itu padanya, agar ia mengetahui perasaan kita dan bahwa kita merasa
perlu mendiskusikan batas-batas hubungan kita dengannya.
......................................................................................................................................................................................................
SUKA MENYERANG DAN MENUTUP DIRI
Suka Menyerang
Dian sering
melampiaskan kemarahannya terhadap orang lain, bila dengan bersungut-sungut
orang lain tidakmerasa diserang, maka ia akan mengusahakan taktik lain.
Kata-katanya yang tajam sering menyakitkan dan membuat orang bingung.
Adakalanya serangan langsung yang dilontarkannya mencapai sasaran tertentu dan
adakalanya pula tampaknya ia ingin menyerang setiap orang. Jarang sekali ia
membicarakan kebaikan orang lain, ia sangat peka terhadap kekurangan orang lain
dan membicarakannya kepada siapa saja yang mau mendengarkannya, ia selalu mengajak
orang bertengkar dan tampaknya sering marah-marah sehingga tidak memberi
kesempatan untuk hal lain, orang biasanya merasa tidak tentram bila bersamanya.
Bila Dian
ingin mengintimidadi kita, kita jangan menjadi orang yang mudah dipengaruhinya,
ia harus dihadapi dengan ketenangan, penuh sopan santun, keberanian dan
ketegasan. Kita tunjukkan rasa simpati terhadap perasaan-perasaannya yang
kurang menyenangkan, tanpa menyalahkan diri kita atau orang lain, tanggapi
keluhan-keluhannya, kemudian desak agar ia mau mendiskusikan penyelesaiannya,
tidak perlu mendengarkan keluhan tentang perilaku orang lain, sebaiknya kita
hanya mendengarkan keluhannya tentang masalah tertentu.
Bila Dian
menetang pendapat kita, tidak perlu membalasnya, tetapi katakan secara pribadi
bahwa kita tidak menyenangi perilakunya tersebut. Adakalanya kita dapat
mengatakan kepada orang seperti Dian : “kata-kata anda tampaknya menyakiti hati
saya”.
Suka Menutupi Diri
Sebaliknya Arlin suka menutup diri, menyimpan perasaannya sendiri dan tidak mau
mengungkapkan pikirannya kepada orang lain. Orang tidak dapat memahaminya ;
karena batas-batas pertahannya sukar ditembus. Adakalanya ia tampak malu-malu
dan segan mendekati orang dan adakalanya ia membisu karena marah.
Ia tidak mau membicarakan
apa saja, tidak mau melibatkan diri dan seringkali sampai menjengkelkan orang
lain, ia jarang sekali meminta sesuatu dan tampaknya hampir selalu diam tidak
responsif.
Adakalanya
orang seperti Arlin memerlukan dorongan untuk berbicara, teristimewa bila
perasaan segan terhadap lingkungannya sangat tinggi. Kita usahakan untuk
menampilkan kehadirannya dengan menanyakan pendapat dan pandangannya, kita
tunggu dengan sabar suaru dan pendapatnya, pancinglah dengan
persoalan-persoalan sederhana sampai menengah.
Adakalanya
orang seperti Arlin bukan takut untuk bicara, tapi sebagai taktik, dia dapat
membungkam dalam suatu kelompok sampai kelompok tersebut menaruh perhatian
terhadapnya, bila demikian halnya kita usahakan agar kelompok tersebut tidak
memberikan perhatian kepadanya.
....................................................................................................................................................................PERASA DAN SIKAP ACUH
Perasa
Rudi sangat
peka menghadapi kesulitannya sendiri dan orang lain. Ia cepat terbawa perasaan
negatif, selalu merasa cemas dan sangat mudah terpengaruh oleh rasa bersalah
dan malu. Adakalanya ia merasa seakan-akan beban seisi dunia menimpanya dan
menganggap dirinya bertanggung jawab untuk memperbaiki hal-hal yang menurut
pendapatnya salah.
Sebaiknya kita
mengabaikan kesedihannya bila berada dalam kelompok, jika kita menanggapi
perilaku demikian dengan penuh perhatian, ia akan terus bersikap demikian, kita
berikan tanggapan positif, hanya bila berdua dengannya.
Sikap Acuh
Sebaliknya
Farida mengesampingkan semua perasaan yang kurang baik (bersalah), tidak mau
memberikan kesempatan kepada dirinya sendiri untuk merasa sedih atau sakit dan
selalu memandang persoalan dari sisi yang positif, ia dapat mengobrol tanpa
henti-hentinya dan berprilaku dramatis dan penuh semangat. Farida tidak dapat
memandang wajah yang muram dan menekankan agar setiap orang selalu gembira. Ia
tidak bersedia memberikan perhatian pada hal-hal berat, menutup dirinya
terhadap persoalan dan tidak mau mengatasi persoalan tersebut, biasanya orang
menyukai Farida karena ia pandai menyemarakkan suasana.
SUKA MENGURUS DAN TERGANTUNG
Suka Mengurus
Butet selalu
mengurus sesuatu untuk orang lain, ia melihat banyak orang di sekitarnya
sebagai tidak berdaya dan memerlukan perhatian dan bantuannya, ia menggunakan
siasat pemberian santunan dan bantuan untuk menarik orang ke pihaknya, ia
berusaha menjadikan dirinya demikian diperlukan dan menentukan, sehingga orang
tidak dapat membayangkanbagaimana keadaan mereka tanpa kehadiran Butet. Dengan
senang hati ia membantu orang lain, melindungi mereka serta mengarahkan hidup
mereka, akan tetapi tidak semua kebaikannya itu cuma-cuma dan tanpa pamrih,
yang jelas ia akan berusaha agar orang lain sangat tergantung kepadanya.
Pada
hakekatnya orang akan sangat mudah memanfaatkan perilaku Butet, keinginannya
untuk mengurus orang lain menjadikannya cendrung memenuhi hampir semua
permintaan, akan tetapi kita perlu sangat berhati-hati dengannya, karena bila
tidak demikian ia dapat merasa seakan-akan memiliki kita. Kita harus berusaha
agar ada hubungan timbal balik dalam pergaulan dengannya, misalnya bila ia
mentraktir kita pada kesempatan yang lalu, hendaknya kali ini kita yang
mentraktirnya, segala budi baiknya hendaklah dibalas dengan seksama. Dalam
kelompok sebaiknya kita tidak membiarkan ia bekerja keras sendiri, sekali-kali
kita berikan kepadanya kejutan atau jasa baik yang tidak diharapakannya.
Suka Tergantung
Sebaliknya
Tari adalah seorang yang selalu tergantung pada orang lain, bila menghadapi
masalah ia langsung bertanya : “siapa yang dapat menolong saya untuk
menyelesaikan masalah ini ?” , ia sangat berbakat untuk mengajak orang lain
membantunya dengan bersikap seolah-olah ia tidak berdaya, ia membutuhkan
bantuan orang lain dan serba kekurangan. Adakalanya ia menonjolkan
kekurangannya sendiri untuk meyakinkan orang lain tentang kebutuhannya itu.
Tari tidak memiliki kepribadian yang teguh dan merasa bahwa hidupnya akan kacau
balau, bila tidak ada orang lain yang dapat dijadikannya pegangan. Saat ia
menemui kesulitan untuk menemukan seseorang yang dapat bersamanya, maka ia akan
mengeluh tentang kesepiannya, kesedihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar