Selasa, 11 Oktober 2011

Ulumul Qur'An

A. PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN
Ungkapan ulumul qur’an berasal dari bahasa arab yaitu dari kata ulum dan al-qur’an. Kata ulum jamak dari ilmu dan al-qur’an. Menurut Abu syahbah ulumul qur’an adalah sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan al-qur’an,mulai dari proses penurunan, urutan penulisan,kodifikasi,cara pembaca,penafsiran,nasikh mansukh,muhkam mutashabih serta pembahasan lainnya
B. SEJARAH TURUNNYA ALQUR’AN DAN PENULISAN ALQUR’AN
Hikmah diwahyukan alqur’an secara berangsur-angsur adalah al-qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari yaitu mulai dari malam 17 romadhan tahun 41 dari kelahiran nabi sampai 9 dzulhijah haji wada’ tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10 H. Proses turunnya ql-quran melalui 3 tahapan yaitu
1. Al-qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke lauh mahfuzh yaitu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Dalam firmanya “ Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-qur’an yang mulia yang tersimpan dalam lauh al-mahfuzh (Q.S AL-buruuj :21-22)
2. Al-qur’an diturunkan dari lauh al mahfuzh ke bait Al-Izzah ( tempat yang berada di langit dunia )
3. Al-qur’an diturunkan dari bait al-Izzah ke dalam hati nabi melalui malaikat jibril dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakala satu ayat kadang satu surat.
Disamping hikmah diatas ada hikmah yang lainnya yaitu
1. Memantapkan hati nabi
2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-qur’an
3. Memudahkan untuk dihafal dan difahami
4. mengikuti setiap kejadian yang menyebabkan turunya ayat-ayat al-qur’an dan melakukan penahapan dalam penetapan syari’at
5. membuktikan dengan pasti bahwa al-qur’an turun dari allah yang maha bijaksana
Penulisan al-qur’an pada masa Abu Bakar termotivasi karena kekwatiran sirnanya al-qur’an dengan syahitnya beberapa penghapal Al-qur’an pada perang yamamah, Abu bakar melakukan pengumpulan al-qur’an dengan mengumpulkan al-qur’an yang terpencar-pencar pada pelepah kurma,kulit,tulang dan sebagainya
C. ASBAB AN-NUZUL
Ungkapan asbab-nuzul merupakan bentuk idhofah dari asbab dan nuzul. Secara etimologi artinya sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu. Menurut Az-zargani Asbabuan-nuzul adalah sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunya ayat Al-qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.Menurut Az-zargani urgensi asbab an-nuzul dalam mmahami Al-qur’an adalah
1. Membantu dan memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian dalam menangkap pesan ayat-ayat Al-qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-qur’an bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat kusus.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan turunnya ayat al-qur’an.
5. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat serta untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
D. MUNASABAH AL QUR’AN
Menurut Manna Al-qathan munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan di dalam satu ayat,atau antar ayat pada beberapa ayat atau antar surat dalam al-qur’an. As-Suyuti menjelaskan langkah-langkah yang diperhatikan dalam menemukan munasabah yaitu:
a. Memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian
b. Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat
c. Menentukan tingkatan uraian-uraian itu apakah ada hubungannya atau tidak
d. Dalam mengambil keputusan,hendaknya memperhatikan ungkapan-ungkspan dengan benar dan tidak berlebihan
Macam-macam munasabah;
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya: berfungsi sebagai menyempurnakan surat sebelumnya
2. Munasabah antara nama surat dan tujuan turunya
3. Munasabah antar bagian suatu ayat
4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
5. Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya
6. Munasabah antara fashilah (pemisah)dan isi ayat
7. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama
8. Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
E. MAKIYAH DAN MADANIYAH
“Makiyah ialah ayat – ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah,kendatipun bukan turun di Mekkah .Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah,kendatipun bukan turun di madinah.Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah di sebut Madaniyyah walaupun turun di Mekkah atau Arafah.”
Ciri-ciri spesifik makiyah dan madaniyah
1. Makiyah
a. Di dalamnya terdapat sajadah
b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kalla
c. Dimulai dengan ya-ayuha an-nas
d. Ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat- umat terdahulu
e. Ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan Idris kecuali surat al-baqoroh
f. Ayatnya dimulai dengan huruf terpotong- potong seperti alif lam mim dan sebagainya
2. Madaniyah
a. Mengandung ketentuan-ketentuan faroid dan hadd
b. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafikkecuali surat al-ankabut
c. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitab
F. MUHKAM DAN MUTASYABIH
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang baik melalui ta’wil ataupun tidak
Ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui Allah seperti kedatangan kedatangan hari kiamat, kedatangan dajjal.
Hikmah keberadaan ayat mutasabih dalam Al-qur’an adalah:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasabih.
3. Memberikan pemahaman abstrak Illahi kepada manusia melalui pengalaman inderawi yang biasa disaksikannya.
G. QIRO’AT AL-QUR’AN
Qiro’at adalah ilmu yng mempelajari cara-cara mengucapkan kata-kata al-qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya.
Macam-macam qiro’at:
1. Qiro’at Sab’ah ( Qiro’at tujuh ) adalah imam-imam qiro’at ada tujuh orang, yaitu:
a. ‘Abdullah bin Katsir Ad-Dari (w.120 H ) dari Mekkah.
b. Nafi’ bin ‘Abdurrahman bin Abu Na’im (w .169 H ).dari madinah
c. ‘Abdullah Al-yashibi (w.118 H ) dari Syam
d. Abu Amar (w.154 H ) dari Irak
e. Ya’kub (w.205 H ) dari Irak
f. Hamzah (w.188 )
g. ‘Ashim (w.127 H )
2. Qiro’ah Asyiroh adalah qiro’ah sab’ah ditambah dengan 3 imam yaitu: Abu Ja’far, Ya’kub bin Ishaq, kalaf bin hisyam
3. Qiro’ah Arba Asyiroh (qiro’ah empat belas) yaitu qiro’ah sepuluh ditambah dengan 4 imam yaitu Al-hasan al basri, muhammad bin abdul rohman,yahya bin mubarok,Abu fajr muhammad bin ahmad.
Dari segi kualitas qiro’ah dapat dibagi menjadi
1. Qiro’ah Mutawwatir yaitu qiro’ah yang disampakan kelompok orang yang sanatnya tidak berbuat dusta
2. Qiro’ah Mashur yaitu qiro’ah yang memiliki sanad sahih dan mutawatir
3. Qiro’ah ahad yaitu memiliki sanad sahih tapi menyalahi tulisan mushaf usmani dan kaidah bahasa Arab
4. Qiro’ah Maudhu yaitu palsu
5. Qiroah Syadz Yaitu menyimpang
6. Qiro’ah yang menyerupai hadist mudroj (sisipan)



---------------------------------------------------------------------------------------------------
Kemukjizatan Al-quran 


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kita sering menilai sesuatu itu mustahil karena akal kita telah terpaku dengan kebiasaan atau dengan hukum-hukum alam atau hukum sebab dan akibat yang kita ketahui,sehingga bila ada sesuatu yang tidak sejalan dengan hukum-hukum itu kita segera menolak dan mengatakannya mustahil.

Dalam kehidupan ini, ada yang dinamakan hukum alam atau dalam bahasa agamawan
dinamakan sunnatullah, yakni ketetapan-ketetapan tuhan yang lazim berlaku dalam kehidupan nyata seperti hukum sebab atau akibat, manusia mengetahui sebagian dari hukum-hukum tersebut tapi belom mengetahui seluruhnya.

Mu'jizat para Nabi boleh jadi juga mempunyai hukum-hukum tersendiri yang bila faktor-faktor penyebabnya terhimpun lahirlah apa yang disebut suatu hal yang "luar biasa". pada khirnya kita dapat mengulan-ulang ucapan Einstein, "apa yang terjadi semuanya terwujud oleh suatu kekuatan yang maha Dahsyat lagi Maha Mengetahui".

kalau demikian, apakah kejadian yang "luar biasa " atau mu'jizat itu dapat dikatakan bertentangan? jelas tidak! hanya saja keterbatasan akal atau pengetahuan manusialah yang akan menjadikannya sukar dijangkau atau dipahami.


B. Rumusan Masalah

1.    Apakah mu’jizat dapat terjadi ?

C. Tujuan

1.    Dapat menjelaskan bagaimana mu’jizat dapat terjadi.

        KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN

A.Pengertian mu’jizat

Perkataan mu’jizat dari segi bahasa berarti melemahkan,menundukkan atau suatu yang tak dapat ditandingi. Dari segi istilah berarti melemahkan,menundukkan atau suatu yang tak dapat ditandingi. Dari segi istilah berarti suatu perkara yang manusia biasa tak mampu melaksanakannya,baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Al-Qur’an adalah mu’jizat yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW disamping mu’jizat lainnya. Al-Qur’an merupakan mu’jizat beliau yang paling tinggi,paling besar dan paling ampuh untuk menaklukkan orang-orang yang ingkar terhadap kenabian beliau.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemu’jizatan,keagungan dan kemuliaan Al-Qur’an telah memberikan inspirasi bagi setiap lapisan masyarakat disepanjang zaman untuk menggali aspek-aspek yang tidak mungkin ditiru.

Al-Qur’an mempunyai keistimewaan bila dibandingkan dengan mu’jizat-mu’jizat para nabi sebelumnya. Mu’jizat para Nabi sebelumnya merupakan mu’jizat yang hanya dapat diindera dan dibuktikan oleh kaum dan orang-orang yang sezaman dengan Nabi tersebut,sedang orang-orang setelahnya tidak dapat mengetahui adanya mu’jizat tersebut kecuali melalui berita,sedangkan mu’jizat Al-Qur’an adalah mu’jizat yang dapat dindera dan dibuktikan oleh seluruh manusia disetiap masa sampai hari kiamat.

Hal ini telah dijelasakn oleh Nabi Muhammad SAW  dalam sabdanya :

“Setiap Nabi pasti diberi sesuatu yang serupa dengannya manusia akan meyakininya tetapi yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang telah diturunkan Allah kepadaku (Al-Qur’an),maka ku berharap menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya”.

    
Imam Jalaluddin As-Suyuti memberi syarah (penjelasan) hadits tersebut yaitu :

“Mu’jizat para Nabi telah hilang dengan berlalunya masa mereka ,tidak dapat disaksikan oleh orang-orang yang semasa dengannya dalam pada itu mu’jizat Al-Qur’an senantiasa ada sampai hari kiamat”.
Lalu dimanakah letak kemu’jizatan Al-Qur’an ?. Kemu’jizatan Al-Qur’an tidak lain terletak dalam uslub (gaya pengungkapan) yang digunakan untuk mengungkapkan makna-makna.   
   
Imam Al-Khaththabi berkata :

Al-Qur’an itu menjadi mu’jizat tiada lain karena Al-Qur’an itu telah datang dengan lafaz-lafaz yang fasih dalam susunan yang paling baik,Al-Qur’an dapat mengungkapkan makna-makna dengan cara yang paling fasih dan telah dimaklumi bahwa mendatangkan makna-makna itu dengan uslub yang seperti itu serta menghilangkan semua makna tersebut dalam suatu susunan yang teratur adalah suatu hal yang tidak mampu dilakukan oleh manusia. 


Uslub Al-Qur’an yang merupakan segi kemu’jizatanya itu Nampak jelas dalam tiga aspek,antara lain :

  • Lafaz-lafaz dan susunan kata (tarkib) yang digunakan,Al-QUr’an telah menggunakan lafaz-lafaz dengan susunan kata yang amat unik. Ayat-ayat yang menggunakan lafaza lembut untuk mengungkapakan makna lembut,makna yang kasar untuk diungkapkan dengan lafaz yang kasar dan seterusnya. Ayat yang menggunakan lafaz yang lembut untuk mengungkapkan makna yang lembut terdapat pada surat  Al-Insan : 17-18
17.  Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.
18.  (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil.
Bandingkan dengan dengan ayat yang menggunakan lafaz kasar untuk mengungkapkan makna yang kasar terdapat pada surat An-Naba’ :21-22

21.  Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai.
22.  Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,

  •  Irama kata yang digunakan,susunan huruf-huruf dan kata-kata dalam Al-Qur’an tersusun dalam irama yang amat unik tidak dapat dijumpai dalam pembicaraan manusia,baik syair maupun kalimat bersajak,sebagai contoh dalam surat At-Ta’wir : 15-18
15.  Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang,
16.  Yang beredar dan terbenam,
17.  Demi malam apabila Telah hampir meninggalkan gelapnya,
18.  Dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,

    Ayat tersebut menyebutkan huruf “sin” berulang-ulang yang ternyata sangat sesuai dengan makna yang diungkapkan yaitu keheningan malam yang menyinsingnya fajar,juga pada ayat kursi yang terdapat pengulangan pada huruf “lam” sebanyak 23 kali,dimaksudkan untuk menyimak makna ayat dengan penuh perhatian.

  • Lafaz dan susunan kata yang digunakan mencakup makna yang beraneka ragam dan menyeluruh,Al-Qur’an telah memberikan makna yang panjang lebar (mendalam) dengan menggunakan lafaz yang ringkas,sebagai contoh dalam surat Al-Baqarah : 179.
179.  Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.
Penggalan ayat tersebut lafaznya sedikit tetapi bila diuraikan maknanya akan panjang lebar.


B.Unsur-unsur yang menyertai mu’jizat

    Dari definisi mu’jizat menurut pakar agama islam yaitu “ Suatu hal yang luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal yang serupa namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu”. Sehingga jika kita memperhatikan definisi tersebut terlihat sekian banyak unsur penting yang harus menyertai sesuatu itu sehingga ia dapat dinamakan mu’jizat,unsur-unsur tersebut adalah

a.    Hal atau peristiwa luar biasa

    Yang dimaksud luar biasa disini adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui hukum-hukumnya secara umum,jadi dengan demikian hipnotisme atau sihir misalnya,walaupun sekilas terlihat ajaib atau luar biasa namun karena dapat dipelajari maka ia tidak termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam definisi diatas.

b.    Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi

Tidak mustahil terjadi hal-hal diluar kebiasaan pada diri siapapun.Namun apabila bukan dari seorang yang mengaku Nabi ,maka ia tidak dinamakan mu’jizat. Boleh jadi sesuatu yang luar biasa tampak pada diri seorang yang kelak bakal manjadi Nabi ,inipun tidak dinamakan mu’jizat tetapi irhash,boleh jadi juga kelurbiasaan itu terjadi pada seorang yang taat dan dicintai Allah ,tetapi inipun tidak dinamakan mu’jizat hal ini dinamakan karamah atau kekeramatan yang bahkan tidak mustahil terjadi pada seseorang yang durhaka kepada-Nya.Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir maka tidak mungkin lagi terjadi suatu mu’jizat sepeninggal beliau,walaupun ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.

c.    Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian

Tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai Nabi dan tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan sang Nabi.

d.    Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.

Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa maka ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti,perlu digarisbawahi bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang,bahkan untuk lebih membuktikan tantangan mereka biasanya aspek kemu’jizatan masing-masing Nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya.

    Ada beberapa orang yang meragukan kemungkinan terjadinya “keluarbiasaan”. Bukankah aneka keluarbiasaan tersebut bertentangan dengan akal sehingga mustahil terjadi ?

    Sesungguhnya keluarbiasaan itu tidak mustahil menurut pandangan akal yang sehat dan tidak pula bertentangan dengannya,yang sebenarnya terjadi adalah bahwa keluarbiasaan itu hanya sukar,tidak atau belum dapat dijangkau hakikat atau cara kejadiannya oleh akal.



    Mu’jizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para Nabi. Keluarbiasaan  yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan : ” Apa yang dikatakan oleh sang Nabi adalah benar,dia adalah utusan-Ku,dan buktinya adalah Aku melakukan mu’jizat itu.”

Sumber daya manusia sungguh sangat besar dan tidak dapat dibayangkan kapasitasnya. Potensi kalbu yang merupakan salah satu sumber daya manusia dapat menghasilkan hal-hal yang luar biasa yang boleh jadi tidak diakui oleh orang yang tidak mengenalnya,hal ini sama dengan penolakan generasi terdahulu tentang banyaknya kenyataan masa kini yang lahir dari pengembangan daya pikir.

Sama sekali bukan suatu hal yang mustahil apabila kesucian jiwa para Nabi dapat menghasilkan _melalui bantuan Allah_peristiwa luar biasa dipandang dari ukuran hukum-hukum alam yang diketahui umum,padahal sesungguhnya ia mempunyai hukum-hukumnya tersendiri dan yang dapat dilakukan oleh siapapun selama terpenuhi syarat-syaratnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar